Memilih kain pelapis sofa yang tepat adalah investasi jangka panjang untuk meningkatkan kenyamanan Anda di rumah. Namun, menentukan bahan yang tepat bisa jadi hal yang membingungkan, apalagi jika Anda harus memilih antara kain katun dan akrilik. Kedua bahan ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri yang perlu dipertimbangkan.
Kain katun dikenal dengan teksturnya yang lembut dan alami, membuatnya menjadi pilihan populer bagi mereka yang mengutamakan kenyamanan. Di sisi lain, kain akrilik menawarkan daya tahan yang lebih tinggi, terutama terhadap risiko warna pudar dan kerusakan akibat sinar matahari. Untuk lebih jelasnya, berikut ulasan lengkap mengenai kedua jenis kain pelapis sofa ini.
Kain Katun
Katun menjadi pilihan banyak orang untuk bahan pelapis sofa karena teksturnya yang lembut dan nyaman. Kain ini ringan, sejuk, dan dapat memberikan kenyamanan untuk penggunaan jangka panjang. Selain itu, harga katun sangat terjangkau dan mudah didapatkan, karena banyak diproduksi di berbagai wilayah tropis dan subtropis.
Keunggulan lainnya dari katun adalah ketebalan kain ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses penenunannya. Katun bahkan bisa dicampur dengan velvet untuk menciptakan kesan mewah di rumah Anda. Selain itu, bahan katun merupakan pilihan populer untuk dibentuk menjadi kain bermotif.
Hanya saja serat kainnya mudah menyerap cairan, sehingga harus segera dibersihkan ketika terkena noda agar tidak membekas. Jika ingin membersihkannya, Anda bisa langsung mencuci kain dengan mesin cuci atau menggunakan metode dry clean.
Kekurangan lainnya, bahan katun rentan terhadap penyusutan jika terlalu sering dicuci, sehingga sering dicampur dengan bahan lain seperti linen atau polyester untuk meningkatkan daya tahan dan mencegah penyusutan.
Kain Akrilik
Bagaimana dengan bahan akrilik? Kain akrilik terbuat dari serat sintetis yang menawarkan daya tahan yang tinggi serta kemudahan perawatan. Tidak hanya itu, sofa yang dilapisi kain akrilik akan lebih tahan terhadap noda, tahan air, tidak mudah kusut, dan tidak memerlukan perawatan yang rumit. Warna kain pun tidak mudah pudar akibat paparan sinar matahari, sehingga tampilan furnitur akan tetap terjangka untuk waktu lama.
Hanya saja kain akrilik juga memiliki beberapa kekurangan. Bahan akrilik berkualitas rendah sangat rentan terhadap piling, yaitu kondisi di mana muncul bola-bola kecil pada permukaan kain akibat gesekan. Selain itu, kemampuannya menyerap kelembapan tidak sebaik katun, sehingga permukaan kain bisa terasa kurang nyaman di cuaca panas.
Selain itu, meskipun kain akrilik tahan air dan noda, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai. Kain ini adalah bahan sintetis yang mudah terbakar, dan jika tidak diproses dengan perlindungan khusus, risiko kebakaran menjadi lebih tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian terutama jika Anda berencana meletakkan sofa di dekat sumber panas seperti perapian atau jendela dengan sinar matahari langsung.
Rekomendasi Kain Pelapis Sofa Regency
Pada akhirnya, keputusan antara memilih kain akrilik atau katun untuk bahan pelapis sofa bergantung pada preferensi Anda. Apapun jenis kain yang dipilih, Regency siap membantu Anda menemukan jenis kain terbaik yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup. Berikut beberapa rekomendasinya:
- Holly, yakni kain dengan komposisi 42% Polyester, 29% Linen, dan 29% Cotton sehingga dapat memberikan kenyamanan sekaligus daya tahan yang tinggi.
- Maple, yakni kain dengan komposisi 41% Polyester, 10% Linen, dan 49% Cotton sehingga teksturnya cenderung lebih lembut di kulit.
- Grande, produk eksklusif Regency yang terbuat dari benang akrilik berkualitas tinggi dan memiliki ketahanan tinggi terhadap sinar UV.
Jika tertarik dengan kain-kain tersebut, Anda dapat mengunjungi e-store Regency untuk mendapatkan informasi lebih lanjut!
Tips Interior
Ide Ruang Kantor Rumahan untuk Menunjang Kegiatan ‘Working from Home’
Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak yang menerapkan gaya bekerja yang fleksibel dari ‘kantor’ mereka dengan memanfaatkan ruangan khusus di rumahnya. Menyulap ruangan menjadi ruang kerja memerlukan trik khusus, agar sebuah ruang kerja rumahan menjadi bermanfaat, terutama jika diolah dari yang kita miliki sendiri. Ide ruang kantor rumahan kerap dianggap sebagai cara bekerja efektif dengan pengaturan yang minimalis. Kamu hanya membutuhkan perencanaan yang matang, bermodalkan furnitur yang tepat kamu sudah mempunyai kursi yang keren untuk menunjang produktivitas.
Pertama-tama, pastikan ruangan yang kamu pilih untuk disulap menjadi kantor rumahan, gaya apapun yang diinginkan. Mungkin saja dari gudang, pojok dapur, hingga area di bawah tangga? Tidak ada yang terlalu kecil untuk disulap menjadi ruang kerja.
Area meja kerja dengan pencahayaan dinding
Ide pencahayaan bagi kantor rumahan menjadi pertimbangan utama, bahkan untuk ruangan kecil sekalipun. Meskipun ada tambahan lampu sorot, sangat penting untuk memasang pencahayaan pada dinding terlebih dahulu. Lampu meja kerja merupakan ide yang brilian, namun jika area meja tampil eksklusif, usahakan agar memakai pencahayaan dinding saja. Instalasi pencahayaan secara plug-in akan memudahkan pemakaian tanpa memerlukan banyak kabel.
Mengelola barang dengan keranjang gantung
Jika kamu bekerja di meja kerja yang kecil, cobalah menyiasatinya dengan mengolah dinding sekitarmu. Misalnya dengan menempelkan rak/ keranjang yang menonjol di dinding.
Memilih meja pojok
Meja yang diletakkan pada sudut ruangan merupakan solusi terbaik untuk menyelaraskan ruang kerja dan penyimpanan tanpa menumpuk barang secara berlebihan di luar area kerja. Usahakan agar tetap ergonomis, misalnya dengan menggunakan keyboard eksternal agar kamu tetap nyaman bekerja dalam jarak yang ideal dari layar.
Mengandalkan nuansa cerah
Apapun bentuk ruangan yang kamu gunakan, baik persegi maupun persegi panjang, warna menjadi kunci. Pemanfaatan warna dan material yang cerah niscaya akan membuat ruanganmu tampak lebih luas dari yang seharusnya. Misalnya warna putih pekat, kayu warna pucat, dan metalik. Cermati posisi mejamu karena dapat mempengaruhi pencahayaan alami pada ruangan. Pencahayaan dapat mempengaruhi produktivitas serta mencegah resiko sakit kepala. Manfaatkan situasi cahaya matahari, tetapi perhatikan posisi meja yang bersebelahan dengan jendela agar cahaya tidak langsung mengenai layar komputermu. Gunakan lampu kaki panjang untuk area tertentu, ketika kamu butuh berkonsentrasi pada hal yang lebih detail.
Source: idealhome.co.uk
Kain merupakan sebuah penemuan yang telah ada sejak jutaan tahun lamanya. Beberapa pendapat menyatakan bahwa ia mulai ditemukan pada tahun 5000 SM pada zaman Mesir kuno di mana ia didapatkan dari serat alami seperti jerami atau serat tanaman. Beberapa yang lain juga mengemukakan bahwa kain mulai ditemukan di dataran Tiongkok lewat kepompong sutra yang dipintal.
Walaupun berbeda satu sama lain, namun hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa kain menjadi salah satu penemuan paling penting yang ada di dunia. Ia tidak hanya mengubah tata cara berpakaian masyarakat hingga masa kini, melainkan juga merevolusi industri tekstil seluruhnya. Kini, kain tidak hanya digunakan untuk pakaian, melainkan bermacam barang seperti furniture, tas, hingga aksesoris lainnya.
Furniture termasuk salah satu industri yang paling diuntungkan dengan penemuan kain yang nantinya dapat digunakan untuk memaksimalkan kenyamanan bagi pemakainya, seperti pemakaian pada sofa atau kursi. Penggunaannya sendiri juga semakin spesifik, menyesuaikan pada selera kenyamanan dan penampilan masing-masing pengguna. Bisa saja seseorang memilih menggunakan kain beludru, linen, atau mungkin woven.
Namun, seperti apakah sejarah dari masing-masing kain tersebut? Simak terus artikel ini untuk tahu sejarah masing-masing kain lebih lanjut!
Kain beludru
Kain beludru adalah kain yang terbuat dari serat, baik alami maupun sintetis. Untuk serat alami sendiri biasanya menggunakan bahan sutra atau katun, sementara serat sintetis bisa didapatkan dari polyester. Kain beludru sendiri awalnya ditemukan di dataran Tiongkok pada abad ke-13. Pendapat ini didasarkan pada banyaknya potongan kain ini di daerah tersebut.
Perdagangan di jalur sutra membuat kain ini semakin terkenal hingga melibatkan pedagang-pedagang Mesir dan Eropa. Kain jenis ini sangat disukai oleh orang Eropa karena teksturnya yang lembut. Karena itulah, industri beludru akhirnya tercipta di Italia. Kain beludru pada masa itu hanya dapat digunakan oleh bangsawan di Eropa karena harganya yang mahal. Hal ini disebabkan oleh bahan baku yang terbuat dari benang sutra asli, yang mana jumlahnya terbatas dan mahal, dan rumitnya proses pembuatan kain yang membutuhkan alat produksi khusus.
Pada pembuatannya, benang sutra tidak hanya masuk di satu kain, melainkan dua kain berbeda yang saling terhubung. Bagian dasarnya akan dikunci dengan benang yang berbeda, sebelum dibelah menjadi dua lembar kain dan dipotong agar panjang bulu rata. Setelah itu, barulah kain akan dimasukkan ke dalam pewarna.
Kain linen
Bahan linen yang terbuat dari serat alami digadang-gadang sebagai bahan pakaian tertua yang pernah digunakan dalam sejarah. Adapun serat ini bisa didapatkan dari serat rami yang membuat kain memiliki tekstur agak kasar namun halus begitu disentuh. Selain itu, kain ini juga dikenal sebagai kain yang kuat dan tahan lama.
Kata linen sendiri berasal dari bahasa Jerman yang berarti tanaman rami. Adapun pakaian dari linen diperkirakan telah digunakan sejak 6000 tahun yang lalu oleh masyarakat Mesir Kuno dan Mesopotamia. Bahkan, mumi para raja di Mesir menggunakan linen sebagai pembungkusnya. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa linen yang terbuat dari rami merupakan kain yang penting, sehingga penggunaannya juga terbatas pada kalangan tertentu.
Sementara itu, kain linen juga dianggap sebagai kain yang penting di Eropa, terutama di Jerman, Swiss, dan negara-negara sekitaranya. Ia menjadi bahan untuk berbagai keperluan mulai dari pakaian hingga dekorasi rumah. Pada tahun 1923, Jerman bahkan sempat menggunakannya sebagai bahan pembuat uang karena nilainya yang lebih rendah daripada kertas saat itu.
Kain kulit sintetis
Secara umum, penggunaan kulit untuk bahan pakaian atau perabotan telah ada sejak zaman purba, di mana manusia berburu hewan dan memanfaatkan kulitnya. Namun, semakin lama kebutuhan akan kulit menjadi semakin banyak sementara perburuan membuat jumlah hewan semakin sedikit. Karena itulah, diciptakan kulit sintetis untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kulit sintetis ini diperkirakan telah digunakan sejak 100 tahun yang lalu, di mana ditemukan contoh penggunaannya pada perkakas dan lapisan kain pada kamera. Pengembangan kulit sintetis ini tercatat telah melewati lima generasi. Generasi pertama menggunakan kain tenun yang dilapisi resin polyvinyl klorida, sementara pada generasi kedua menggunakan poliuretan berlapis kain rajutan. Hal yang berbeda terjadi pada generasi ketiga yang menggunakan serat poliuretan pendek nonwoven. Pada generasi keempat, teknologi microfiber mulai digunakan hingga disempurnakan pada generasi kelima.
Kain jenis ini tidak hanya digunakan untuk furnitur rumah tangga saja, melainkan juga untuk kursi kendaraan seperti mobil, bus, hingga pesawat.
Kain suede
Menurut catatan sejarah, bahan suede mulai diproduksi pada abad ke-18 di Swedia. Kain suede ini dibuat dari bagian dalam kulit hewan yang teksturnya lebih lembut dari bagian depannya. Awalnya produksi ini berpusat pada sarung tangan, di mana hasilnya sangat disukai oleh para bangsawan Prancis. Bahan ini pada akhirnya dimanfaatkan pada berbagai macam aksesoris seperti jaket, tas, dan sepatu.
Namun, sama halnya seperti awal mula terciptanya kulit sintetis, kain suede akhirnya juga mulai bertransisi ke bahan sintetis. Apabila awalnya hanya terbuat dari bagian dalam kulit sapi, akhirnya diciptakan bahan seperti Ultrasuede yang terbuat dari 20% PU dan 80% serat mikropolyester, sueded silk yang terbuat dari sutra, hingga suede cotton yang terbuat dari katun.
Kain woven
Secara singkat, kain woven dapat diartikan sebagai kain tenun. Ia dibuat dengan cara saling menautkan dua atau lebih set benang pada siku-siku satu sama lain. Kain woven sendiri merupakan salah satu tradisi tekstil tertua di dunia. Beberapa arkeologis menyebutkan bahwa tradisi menenun untuk keperluan rumah tangga dan keranjang telah berlangsung sejak 23.000 tahun yang lalu. Sementara produksi tekstil diperkirakan telah berlangsung sejak 9000 tahun, walaupun alat-alatnya yang lebih canggih mulai ditemukan sekitar 4000 tahun kemudian. Pada abad ke-11, mulai ditemukan pola-pola baru dalam tenunan.
Revolusi Industri juga berperan mengembangkan kain jenis ini di mana pengembangannya menggunakan uap dan mesin tenun. Penemuan ini membuat proses produksi kain menjadi lebih murah, namun menghasilkan dalam jumlah besar. Semenjak saat itu pula, Inggris seolah menjadi pusat kain woven di seluruh dunia.
Bahan yang digunakan juga semakin beragam. Bahan utamanya sendiri berkisar dari benang wol, sutra, atau katun. Namun, saat ini benang woven juga dapat menggunakan nilon dan polyester yang secara harga juga lebih murah.
Lewat sejarah yang panjang, beragam kain di atas telah diformulasikan untuk menjadi kain dengan kualitas yang semakin baik seiring perkembangan zaman, baik untuk penggunaan pakaian, peralatan rumah tangga, aksesoris, hingga furniture. Kamu juga dapat menemukan berbagai kain terbaik untuk kebutuhan furniture kamu di sini.